Satu kata yang dipilih Bapa Suci Paus Fransiskus sebagai tema Hari Komunikasi Sedunia ke-56 pada tahun 2022 yaitu “Dengarkan!” Tema yang hanya terdiri dari satu kata ini membawa saya termenung akan sebuah pengalaman kecil dan sederhana yang saya alami di masa pandemi. Pengalaman ketika saya belajar dari teladan hidup yang nyata tentang bagaimana memiliki dan menghayati sikap mendengarkan, dari sang dosen yang tidak hanya menjadi guru di kelas tetapi juga menjadi guru dalam kehidupan di tengah umat.
Kini kehidupan berangsur pulih, setelah kita melewati masa-masa sulit dan mencekam selama pandemi Covid-19 yang secara nyata melumpuhkan berbagai sektor kehidupan dan memaksa manusia untuk membatasi diri dalam banyak hal.
Di tengah situasi yang belum stabil ini, saya memiliki kesempatan mengenal sebuah kelompok kecil, yaitu Kelompok Pendalaman Kitab Suci (KPKS) St. Aloysius Madiun. Situasi pandemi tidak menggentarkan hati para anggota kelompok untuk hanya berdiam diri dan tetap di rumah saja. Dengan tetap mematuhi protokol kesehatan, mereka setia berkumpul dalam semangat yang teguh untuk bersama merenungkan Sabda Tuhan, dalam pertemuan rutin yang dilaksanakan setiap hari Selasa sore.
KPKS St. Aloysius Madiun ini dipimpin oleh dosen saya di kampus. Beliau mengundang saya untuk turut hadir dalam kegiatan mereka. Dari pengalaman beberapa kali ikut hadir dan terlibat dalam dinamika pendalaman Kitab Suci, saya merasa kagum akan antusias peserta untuk belajar bersama dari Firman Tuhan. Hal menarik dan istimewa dari KPKS St. Aloysius adalah belajar mendalami Kitab Suci dalam kerangka “Katekese Pemuridan”.
Di dalam pendalaman yang akrab dan penuh kegembiraan, ada satu hal yang sungguh menggetarkan hati saya, yaitu saat menyaksikan dosen saya hadir di tengah umat, memberi diri untuk “mendengarkan” dengan sabar, terbuka dan rendah hati setiap ungkapan peserta dalam dinamika pendalaman Kitab Suci.
Di saat saya terngiang akan tema dari peringatan hari komunikasi di tahun ini, saya pun sejenak mengenang pengalaman berada bersama KPKS St. Aloysius. Mendengarkan bukan sebuah pekerjaan berat, tetapi juga bukan perkara yang mudah dilakukan. Kecenderungan dari kita adalah terus berbicara tanpa henti, sampai lupa mendengarkan sesama bahkan lupa mendengarkan diri sendiri. Melalui tema “Dengarkan”, saya meyakini bahwa Paus Fransisus mengajak kita untuk dengan rendah hati berani meninggalkan kesibukan diri, memberi ruang untuk “mendengarkan dengan telinga hati” setiap pengalaman dan pergumulan hidup sesama kita.
“Dengarkan”, semoga menjadi kata yang terus menggema di hati kita, dan terus memangggil kita untuk mau dengan rendah hati “mendengarkan dengan telinga hati”. Kita perlu berani memberi ruang dalam hidup kita untuk mendengarkan diri sendiri, mendengarkan orang tua kita, mendengarkan teman dan sahabat kita, mendengarkan sesama kita, dan mendengarkan suara Tuhan dalam berbagai hal dan kesempatan.
Kita hanya perlu mengajak diri kita untuk, diam sejenak menghentikan kesibukan pikiran kita dari segala perkara dunia sehingga ada ruang lapang untuk sungguh mendengarkan dengan dengan sikap terbuka, sabar dan penuh kasih.
Afrianti Mada
Mahasiswa STKIP Widya Yuwana Madiun
Foto Ilustrasi: Rm. Alfonsus Ardi Jatmiko SJ
133 Views
0 comments