Berawal dari pembincangan sederhana di ruang refter Wisma Syantikara, Yogyakarta, 6 Mei 2022, para formator Kursus Gabungan Novis (KGN) yang terdiri dari aneka kongregasi imam, bruder, dan suster membicarakan rencana refreshing pada akhir semester pembelajaran bersama. Pertama kami ingin mengunjungi tempat wisata di Bali sebagai jendela destinasi dunia dan kedua, Labuan Bajo Manggarai, Flores NTT. Karena dari segi biaya begitu mahal, maka secara spontan kami memilih Bromo sebagai pilihan terakhir. Ide ini disambut dengan senang hati oleh para pendamping KGN.
Para formator berangkat dari Yogyakarta pada tanggal 8 Juni 2022. Adapun yang mengikut anjangsana ini adalah Rm. Rukmono OMI, Sr. Hetty CB, Sr. Kolumba PBHK, Br. Neri MTB, dan saya, Br. Flavianus MTB. Sedangkan Sr. Immaculatien AK, Sr. Agatha BKK, dan Sr. Silvi MASF menunggu di Solo. Selama dalam perjalanan dengan melewati jalan tol Solo-Surabaya, para pendamping tidak ada yang merasa mengantuk. Karena selain hiburan anekdot gaya religius, rupanya pemandangan tebaran sawah dari Sragen hingga Probolinggo mampu menyegarkan mata kami saat memandangnya dari dalam mobil yang kami tumpangi.
Eksotisme Bromo
Tanggal 9 Juni 2022, pukul 02.30, kami naik jip menuju Gunung Bromo. Tempat pertama, kami berjibaku di Bukit Kingkong. Kami menikmati udara yang begitu dingin. Sekitar ratusan para penikmat sunrise sudah standby berswafoto di salah satu spot sembari menanti sinar matahari yang perlahan-lahan muncul di ufuk timur saat itu. Cahayanya di balik awan dan kabut tidak mengurangi decak kekaguman para pendaki gunung yang bukan hanya dari Indonesia, tetapi juga wisatawan mancanegara yang tak henti-henti merekam sinar matahari saat itu.
Sinar matahari waktu itu mulai muncul pukul 05.00. Cahayanya yang sedikit temaram, memanjakan mata untuk tidak berkedip oleh karena sinarnya sangat unik. Selain itu, perjumpaan dari aneka latar belakang budaya, bahasa, dan ras di tengah suasana yang dingin saat itu menjadi kenangan berharga dalam dinamika perjalanan panggilan para formator dalam mendampingi para formandi generasi Z saat ini.
Healing therapy
Kami melihat dan merasakan bahwa meskipun tempat-tempat wisata menarik di sekitar Bromo yang kami kunjungi hanya empat lokasi umum saja (Gunung Penanjakan untuk melihat sunrise, Kawah Bromo, Padang Rumput Savanah, dan Bukit Teletubies), akan tetapi sangat memuaskan bagi kami.
“Bagi saya, kegiatan ini sangat menyenangkan dan menggembirakan, bukan hanya untuk memuji betapa indahnya Allah menciptakan alam semesta ini, khususnya Gunung Bromo, akan tetapi semacam healing therapy yang sangat bermanfaat bagi saya,” ungkap Rm. Rukmono sembari men-sharing-kan pengalaman mendaki gunung lain di Pulau Jawa.
Magister Novis OMI ini melanjutkan, “Saya bersyukur atas kebersamaan kita. Saling meneguhkan antarformator. Moment ini adalah saat penyembuhan dari kebenaran kita. Semoga di masa mendatang bisa diteruskan. Saya sungguh menjadi segar setelah acara tersebut. Penuh inspirasi baru. Menjadi rileks itu sangat penting. Hanya ketika pikiran kita rileks, kita lebih tenang, sabar, dan produktif. Rileks tidak sama dengan santai. Kalau santai ada unsur malasnya sehingga tidak produktif.”
Sr. Silvia juga tidak ketinggalan mengungkapkan perasaan kegembiraannya dalam program wisata Bromo ini. “Saya di NTT sudah biasa naik gunung untuk mencari kayu api atau sekadar melihat indahnya bukit-bukit dan sabana di NTT. Namun, saat di biara saya merasa momen ini sangat luar biasa. Ini kenangan terindah bagi magistra, karena bagi saya, Bromo adalah gunung yang paling indah dan eksotis di Pulau Jawa,” tuturnya sembari menambahkan bahwa rekreasi doa tetap menjadi yang utama.
Ia pun sering mengajak para novisnya untuk berenang atau olahraga lainnya demi menciptakan ruang kegembiraan dalam pola-pola pembinaan para formandinya di Kota Solo.
“Kami secara berkala bersama para novis naik Gunung Ungaran,” susul Sr. Immaculatien AK bercerita. “Di atas gununglah kami merayakan Ekaristi dan sharing bersama. Rasanya memberi kenikmatan sendiri bagi para novis dari segala rutinitas tiap hari di ruang Novisiat,” ujar Magistra AK ini dengan nada riang.
Ruang Kontemplasi Alam
“Pertama-tama saya pantas beryukur kepada Tuhan yang sungguh luar biasa besar kasih-nya kepada saya,” ucap Sr. Immaculatien AK. “Dari pengalaman kecil secara tak sengaja kala itu sampai terealisasi rekreasi ‘healing’ bersama ini saya merasa Tuhan sangat mengerti sekali kerinduan kita dan Tuhan berkenan akan rencana baik kita. Terbukti dengan mudahnya kita saling terlibat dan seru mengusulkan pilihan tempat, tujuan, waktu yang sekiranya semua bisa. Akhirnya diputuskan tanggal 8 Juni 2022, juga ditunjuk ketua dan bendahara. Secepat kilat tujuan dapat disepakati dan ketua bergerak cepat, dapat biro, dan akhirnya mulai daftar. Intinya semua lancar, meski jujur biaya cukup mahal, semua dapat melewati proses harus berembuk secara terbuka dengan sikon komunitas masing-masing dan clear meski akhirnya tidak bisa semua teman bisa bergabung.”
“Setelah kita bisa menikmati, ternyata sensasi rasa persaudaraan dan kebersamaan yang terjalin dalam seluruh proses dan dinamika bersama tak bisa dan tak perlu lagi diperbandingkan dengan apa pun, merasa senasib sepenanggunga,” sambungnya. “Luar biasa anugerah dapat merasakan dan menyatu dengan alam, perlahan mulai bersahabat dengan sikon semuanya, baik yang hidup maupun yang mati, lingkungan hidup (biotik dan abiotik). Luar biasa dapat secara nyata menikmati pergantian waktu, dari detik ke detik, menit ke menit, dari sikon dini hari sampai fajar merekah, dan benar-benar rasanya berhadapan dengan Ke-Mahakuasaan Sang Pencipta yang tiada bandingnya.”
“Sembah sujud syukur kepada-Mu, Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Aku berhadapan dengan diriku, dengan teman, alam semesta dalam Dia. Healing, bersenang-senang bersama, ‘pelepasan segala kepenatan’ berbuah sehat dan sukacita. Keindahan Bromo sangat mengagumkan, bisa dilanjutkan lagi acara healing dalam kebersamaan ini,” kenang Sr. Immaculatien AK dengan penuh kagum.
“Memang, sangat perlu diupayakan ada acara rekreasi untuk pendamping, sebagai momen healing, melepas energi negatif dan menghirup energi positif dari alam dan dari kebersamaan,” imbuh Sr. Hetty CB.
Nilai-nilai wisata Bromo
Sr. Hetty CB merasa bahwa kegiatan wisata Bromo sebagai sebuah pengalaman mensyukuri kebesaran Allah yang mencipta dunia dengan indahnya sekaligus pengalaman yang menyadarkan betapa hidup kita tergantung pada Allah. Para magistra lain pun ikut melukiskan bahwa melalui eksotisme Bromo, alam berbicara dan hati merespons atas kekaguman karya lukisan Sang pencipta yang tak tertandingi. Selain itu, kegiatan ini sangat bermakna bagi kebersamaan para formator KGN Yogyakarta.
“Syukur atas anugerah kasih Tuhan, dalam dan melalui terlaksananya acara dan kebersamaan kita, kesehatan (hambatan dapat diatasi dengan amat baik),” tulis Sr. Immaculatien dalam pesan WhatsApp.
Baginya, persaudaraan dalam kegiatan ini sungguh tak tergantikan. “Kesatuan hati, makin kenal dengan diri sendiri, sesama, alam semesta. Menghargai waktu, setiap detik perubahan adalah luar biasa, membawa pesan-pesan sangat personal dan pembaruan. Selain itu dalam aspek budaya, kita menerima dan mengenal budaya daerah baru dengan segala kearifan lokal mereka. Keramahtamaan dengan alam semesta, unik, menghormati. Kekompakan, saling mendukung, kerja sama, tanggung jawab. Selalu butuh perjuangan untuk bisa menemukan sesuatu yang indah. Melawan dingin, menunggu, ngantuk, capek,” sharing Sr. Immaculatien AK.
Sementara itu, Sr. Agatha BKK mempunyai kesan dan pesan anjangsana ke Bromo, “Menjadi sarana untuk healing dan penyegaran rohani dengan menyatukan diri dengan alam yang luar biasa ciptaan Tuhan. Di alam inilah kita merasakan kebesaran Tuhan. Kita diajari oleh alam untuk berani berserah pada Tuhan. Kita dapat melaksanakan tugas dalam pembinaan. Bukan karya kita, tapi karya Tuhanlah dan kita membiarkan Tuhan untuk makin luas memakai kita untuk menjadi alat-Nya. Dalam hal ini menyiapkan generasi muda untuk masa depan Gereja dan kongregasi. Selain itu, rekreasi rohani formator diperlukan untuk saling meneguhkan dan menyemangati dalam tugas perutusan sebagai formator. Saya sungguh bersyukur untuk kesempatan dan moment kebersamaan ini. Nilai yang didapatkan ialah persaudaraan, sukacita, kebersamaan, cinta kasih, kerendahan hati, dan iman mendalam.”
Br. Flavianus Ngardi, MTB
06 Mei 2022
24 Maret 2022
08 April 2021
125 Views
0 comments