Beberapa hari lagi kita akan merayakan Hari Raya Paskah. Selain Natal, Paskah menjadi momen paling membahagiakan bagi umat Katolik. Pasalnya, perayaan Paskah juga menjadi momen kumpul bersama keluarga maupun sahabat seperti halnya Hari Raya Idul Fitri bagi teman-teman Muslim. Hari Raya Paskah merupakan sebuah perayaan besar umat Katolik yang setelah 40 hari menjalani masa puasa, akhirnya merayakan Kristus yang bangkit mulia.
Namun, untuk dua tahun terakhir ini, perayaan besar ini sedikit agak berbeda dari biasanya. Tidak semeriah bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Semuanya berubah sejak terjadinya pandemi Covid-19 pada akhir tahun 2019. Masalah global ini seperti merenggut banyak hal, tidak hanya korban jiwa, tetapi juga sukacita Natal dan Paskah. Ya, pandemi telah mengubah semua cara hidup dan bahkan kehidupan beragama banyak orang. Hal yang paling konkret, Perayaan Ekaristi ditiadakan untuk sementara waktu dan dialihkan untuk kegiatan ibadat di rumah masing-masing dan juga melalui live streaming.
Sebagai seorang dari Indonesia Timur yang mayoritas agama Katolik, saya merasakan bagaimana keadaan telah berubah begitu cepat dalam hal kami menyambut Hari Raya Paskah. Biasanya, bersama teman-teman OMK kami berkumpul untuk mempersiapkan segala macam hal terkait perayaan Paskah. Sebagai OMK, kami diberi tugas untuk turut terlibat dalam kor, mendekorasi gereja, menyiapkan tarian, menjaga keamanan, serta acara-acara lain di luar kegiatan ibadah. Merayakan Paskah sebelum pandemi memang sangat menyenangkan. Selalu banyak pengalaman baru ketika berjumpa keluarga dan teman-teman.
Bila direfleksikan lagi, saya melihat bahwa dalam keadaan pandemi seperti ini, sukacita Paskah mestinya lebih tampak. Seperti halnya Kristus yang menderita dan akhirnya bangkit. Pengalaman Paskah saat ini mestinya memberikan semangat kebangkitan dari segala keterpurukan, ketakutan, dan kecemasan akibat pandemi.
Benar bahwa kenyataan pandemi telah merenggut banyak hal. Kita menjadi takut dan cemas karena penyebaran Covid-19 ini. Namun, apakah kita hanya akan tinggal diam dalam keadaan seperti ini? Apakah keberimanan kita dibatasi virus ini? Tidak. Semangat kebangkitan Kristus mestinya menjiwai kita. Virus tidak boleh menghambat iman kita akan Kristus yang bangkit. Seperti Kristus, kita tidak boleh diam saja dalam ketakutan kita. Kita mesti bangkit dan percaya bahwa keadaan ini akan segera berakhir.
Maria Assumpta Inya Ndoda
Ilustrasi: www.flickr.com
227 Views
0 comments