Novel Anak Bajang Mengayun Bulan karya Rm. G.P. Sindhunata, SJ yang diterbitkan Penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU) diluncurkan di Toko Buku Gramedia Yogyakarta, Selasa 29 Maret 2022. Novel ini merupakan sekuel Anak Bajang Menggiring Angin yang terbit tahun 1983. Lewat novel baru ini, Rm. Sindhu masih menyajikan kisah dari tokoh pewayangan, yakni Sukrasana dan Sumantri.
Pada kesempatan ini, Landung Simatupang dan Ni Made Purnama Sari membacakan dua penggalan kisah dari novel Anak Bajang Mengayun Bulan, yakni Sukawati-Suwandakni serta Rama Bargawa dan Arjunasasrabahu secara apik. Keduanya menyatakan penuh sukacita atas terbitnya buku ini.
Rm. Sindhu mengatakan, sebelum dibukukan, Anak Bajang Mengayun Bulan terlebih dulu terbit di Harian Kompas dalam bentuk cerita bersambung. Ia pun menegaskan, novel ini berisi banyak pesan dan sanepa kehidupan. Pembaca diajak untuk bererefleksi tentang kehidupan dan kemanusiaan, kritik terhadap ambisi, sosial, nafsu, serta kekuasaan.
Novel ini ingin menunjukkan bahwa jelek itu juga diperlukan untuk yang baik. Agar yang baik ini menjadi sempurna. Ada banyak pengorbanan yang justru dilupakan. Inilah mengapa Anak Bajang Mengayun Bulan juga merupakan refleksi kemanusiaan.
“Saya tidak lebih terikat pada kisahnya, tetapi pada figur Anak Bajang ini, yang memang dalam wayang pun tidak diterangkan dia itu siapa. Tetapi dalam bayangan saya, dia adalah figur yang pada kenyataannya tidak sempurna dan merindukan kesempurnaan,” terang Rm. Sindhu.
Lebih lanjut, Rm. Sindhu mengatakan, ketidaksempurnaan inilah yang sebenarnya membuatnya sangat menarik, karena dengan demikian lebih baik tidak sempurna lalu merinduan kesempurnaan. Maka, hidup ini akan menjadi realistis daripada merasa sempurna dan seakan-akan semuanya sudah selesai.
“Buku yang saya beri judul Anak Bajang Mengayun Bulan ini sebenarnya lebih tua daripada siklus Ramayana. Ini saya ambil dari siklus Arjunasasrabahu, kalau dalam bahasa Jawa. Ini lebih perjalanan sepasang saudara yang satu jelek, yang satu tampan, yang betul-betul penuh problem dan yang dalam lakon wayang disebut dengan lakon Sumantri Ngenger, lakon Sukrasana Sumantri,” jelas Rm. Sindhu sembari mengaku gembira karena novel prekuelnya pun pernah menjadi cerbung (cerita bersambung) di Harian Kompas.
Perwakilan dari Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Andi Tarigan, mengucapkan profisiat dan terima kasih kepada Rm. Sindhu. “Membaca novel Anak Bajang Mengayun Bulan ini tidak perlu buru-buru. Kita mesti santai. Pada gilirannya, nanti kita diajak untuk berhenti dan berefleksi,” tutur Andi Tarigan saat membaca novel Anak Bajang Mengayun Bulan.
88 Views
0 comments