Tahun 2020, SD Marsudirini Yogyakarta genap berusia 100 tahun atau satu abad. Sekolah dasar beralamat di Jl. Panembahan Senopati No. 32 Kec. Gondomanan Kota Yogyakarta ini berdiri sejak 28 Juni 1920.
Kepala Sekolah SD Marsudirini Yogyakarta, FX Oktaf Laudensius, S.Si, menyatakan satu abad SD Marsudirini Yogyakarta disyukuri dengan menyelenggarakan kegiatan yang mengembangkan talenta anak-anak, mengumpulkan alumni yang belum terdata dengan baik, dan mengenalkan maskot gelatik Jawa.
“Gelatik Jawa adalah hewan yang terancam punah,” sebut Oktaf pada Kamis Pahing, 6 Februari 2020 sesudah launching maskot berwujud patung persembahan alumni angkatan 1987. “Burung ini salah satu simbol rendah hati, sesuai dengan tema HUT 100 tahun, yakni ‘Melayani dengan Hati’,” imbuhnya.
Dalam acara bertajuk “Gandes Luwes” yang bertepatan dengan Kamis Pahing, hari berdirinya Keraton Yogyakarta, seluruh guru, karyawan, dan siswa mengenakan busana Jawa gagrak (gaya) Yogyakarta. Pada kesempatan ini, siswa diajak melakukan Senam Punakawan dan lomba Dimas-Diajeng antarkelas yang diwakili sepasang siswa putra dan putri.
“Tema Jawa dipilih karena sekolah berlokasi di Kota Yogyakarta. Anak-anak juga ingin dikenalkan dengan budaya Jawa yang seakan-akan mulai hilang. Maka, kami coba mengenalkan kembali,” tutur Oktaf yang saat itu berperan sebagai Semar, salah satu tokoh Punakawan dalam jagat pewayangan.
Oktaf berharap, dengan mengetahui budaya Jawa, terutama Yogyakarta, setiap Kamis Pahing anak-anak dapat menggunakan busana gagrak Yogyakarta secara tepat.
Arah ke depan, dalam usia satu abad, Oktaf mengancang agar SD Marsudirini Yogyakarta siap menghadapi berbagai macam perubahan. “Sebab, generasi sekarang memasuki era 4.0 sehingga guru mesti bertransformasi, memperbaiki cara mengajarnya, supaya anak-anak menjadi pencipta. Ada inovasi, tak hanya hafalan terus,” papar Oktaf.
Masih dalam acara “Gandes Luwes”, SD Marsudirini Yogyakarta juga mengadakan workshop filosofi busana Jawa dan praktik mengenakan busana Jawa sesuai pakem bagi orang tua siswa. “Alangkah baik bila kita memiliki pengetahuan tentang busana gaya Yogyakarta yang sepantasnya. Mungkin kita tahunya pakaian Jawa itu ketika upacara-upacara tertentu, misalnya manten. Tapi, apakah busana dalam manten itu tepat untuk keseharian, bisa dipakai anak-anak untuk bersekolah dengan nyaman? Ternyata kita punya,” ungkap RM Altiyanta, Ketua Panitia Satu Abad SD Marsudirini Yogyakarta.
Altiyanta menambahkan, workshop busana Jawa gagrak Yogyakarta dirasa penting karena setiap selapan (35) hari sekali para siswa diharuskan memakai busana gaya Yogyakarta sesuai peraturan dari Pemerintah Kota Yogyakarta.
Selamat dan sukses 1 Abad SD Marsudirini Yogyakarta, God Bless